Sunday, July 5, 2015

Kuliner unik ala Jogja

1. Mides

 
Bakmi yang satu ini dibuat dari bahan dasar tepung tapioka/gaplek. Di daerah Pundong orang biasa menyebut bakmi ini dengan sebutan bakmi pentil, karena bakmi ini lebih kenyal, dan mudah melar dibanding bakmi biasa. Salah satu pengrajin mie pentil ini adalah ibu Aisyah di dusun Nangsri Rt01 Srihardono, Pundong, Bantul. (kalau dari jogja naik bis jurusan jogja-parangtritis, berhenti di pertigan pundong). 


2. Mie lethek

 
Mie lethek juga sering disebut mie bendo karena mengambil sebuah kampung yang memproduksi mie ini yaitu Desa Bendo, Trimurti, Srandakan, Bantul.
kebanyakan di daerah srandakan, pandak dan sanden. kalau dari jogja naik bis yg jurusan srandakan. ada kode huruf A di depan bis nya

3. Tongseng Petir (legend Class)

 
Sate Petir Pak Nano di Ring-Road Selatan (selatan jalan) Jogja, tepatnya di Dusun Nayu, Tirtonirmolo, Kasihan, Bantul. deket UMY (ke selatan terus mengikuti ringroad, puternya pas traffic light. kalau dari arah UMY)
ada kelas2nya. uniknya tingkat kepedesan dibagi2 dari TK sampe profesor. ane baru S1 gan
 

4. Tengkleng Gajah

 
lokasinya dari arah kota Yogyakarta menuju Kaliurang, Sesaat kemudian sampailah di kilometer delapan, dan terlihat pertigaan jalan kecil yang bercabang ke arah kanan di daerah Gentan, tapi lebih tepatnya jalan tersebut menuju ke Minomartani daerah Ngaglik Sleman. Kurang lebih 300 meter masuk ke kanan pertigaan tersebut terdapat depot makan yang namanya cukup mengagetkan, yaitu Tengkleng Gajah.
 

5. Gudheg Manggar (langka)

 
Gudeg Manggar merupakan makanan khas jogja yang termasuk langka alias sudah jarang di temukan. Kebanyakan gudeg terbuat dari bahan dasar nangka muda.Tetapi gudeg di buat dengan bahan dasar " Bunga Kelapa yg masih Muda " atau biasa disebut MANGGAR. Gudeg ini mempunyai rasa khas yang unik apalagi dijodohkan dengan sambel krecek tholo. mmm... Mak nYuss...
traditional:Gudeg Mbah Marto, Gudeg Geneng Desa Sewon, Bantul belakang kampus ISI – Yogyakarta. kalau naik bis naik jurusan Jogja-Parangtritis, turun di kampus ISI
agak modern: pecel cabean, selain gudheg manggar, pecel nya terkenal juga lho. kalau naik bis naik jurusan Jogja-Parangtritis, turun pecel cabean, kurang lebih 1 km ke selatan dr kampus ISI.
 

6. Brongkos Legendaris Bu Padmo   


Kenal masakan yang bernama brongkos? Itu lho masakan yang bahan bakunya daging sapi (biasanya bagian sandung lamur dan koyorannya) yang bumbunya antara lain bawang merah, bawang putih, sereh, lengkuas, daun salam, jahe, dan biji keluwak. Tentu dengan garam dan gula juga. Rasanya gurih agak manis sedikit. Sangat nikmat disajikan dalam keadaan hangat-hangat. Biasanya selain daging sapi/koyor, brongkos juga dipadu dengan kacang tholo atau kacang tunggak. Untuk melecut selera, di dalam brongkos juga sering ditaburkan lombok rawit yang berwarna merah

7. Sate Klatak

 
 
Gan apa hasilnya jika terjadi kimpoi Silang antara Kambing dan Sepeda? Tenang Gan!!! Jangan berpikir yang nggak-nggak. Kalau Anda bertandang ke Pasar Jejeran, Wonokromo, Pleret, Bantul, Jogja, Anda akan menemukan anak hasil dari perkimpoian silang antara kambing dan sepeda itu, yaitu sate Klatak.

Letak Pasar Jejeran ini sekitar 7 km dari arah Makam Imogiri. Siang hari, pasar ini seperti layaknya pasar tradisional lainnya, menjual beragam sayur segar, bumbu masak, hingga daging dan ikan. Malam hari, keramaian pasar ini tidak sepenuhnya mati karena disulap
sim salabim menjadi pasar sate klatak.

Berbeda dengan sate kambing lainnya, sate ini anti bumbu. Sate klatak tidak dibaluri racikan bumbu yang membikin sate ini mengeluarkan aroma yang menggelitik perut. Jadi, sate ini hanya diberi garam. Kalau ada yang minta diberi merica, ya boleh saja. Toh, dengan bumbu seadanya, daging kambing ini tetap terasa gurih dan empuk. Bau kambing akan tetap tertinggal. Tapi, justru itu yang diburu pembeli.

Jono, pemilik kedai sate klatak, pernah berniat menghilangkan bau kambing dengan ramuan ketumbar, asam, dan kemiri.
Pembeli nggak suka, maunya ke bau kambing yang semula, katanya. Tusuk satenya pun terasa lain, yakni dari jeruji roda sepeda ontel. Kalau pakai bambu mudah patah, seru Jono. Selain itu bisa digunakan ulang, jeruji ini bisa mempengaruhi tingkat kematangan sate dari dalam.

Beberapa orang berusaha mengurai sejarah sate klatak ini. Ada yang mengatakan, klatak berasal dari suara jatuhnya jeruji sepeda ontel yang menjadi tusuk sate. Ada juga yang menebak, klatak ini adalah suara ketika daging kambing dibakar di tungku.

Menurut Jono, klatak artinya buah melinjo. Konon, saat leluhurnya masih kecil, kebiasaan bermain adalah mencari buah klatak atau melinjo. Buah ini digunakan sebagai peluru ketapel untuk berburu burung. Kalau sudah berhasil memburu burung, hasilnya dibakar untuk dimakan ramai-ramai. Mereka memilih membakar dengan jeruji sepeda. Tujuannya, agar tahan lama dipanggang di atas bara.

Nah, jadi Anda sudah tahu kan bagaimana hasil kimpoi silang antara sepeda dan seekor kambing? Ya daging kambing yang ditusukkan pada jeruji sepeda dan dinamai sate klatak ini.

Sate klatak ini juga salah satu tujuan kuliner yang bersejarah di jogjakarta, makanan yang menjadi
landmarknya jogjakarta selain bakpia.

Tags : kuliner jogja, mides, mie lethek, tongseng petir, tengkleng gajah, gudheg manggar, brongkos bu padmo, sate klatak

4 comments:

cvtugu said...

naknya jajanan khas jogja, murah dan mudah di dapatkan..
Jogja

cvtugu said...

enaknya kue khas jogja, murah dan mudah didapat..nanti pengen nyoba lah..
Dk Tour Jogja

Ali Muhyie said...

nice article, keep up, my web

Unknown said...

santai kalatak jejeran, berapa seporsi

Post a Comment